Tgl 8 Desember saya pergi ke serawak untuk mengunjungi kawan baik saya di Limbang untuk merayakan Natal di sana melalui pontinak. Saya akan singgah dulu di kuching baru ke Limbang. Dari airport mesti ke terminal Ambawang untuk menunggu Bus. Saya menggunakan jasa ojek dan hujan hujan saat itu. Sebenarnya Gojek/Grab sudah ada, lebih baik gunakam itu. Sampai di terminal Ambawang wah saya basah kuyup.
Saya membeli tiket bus Damri yang waktu itu sedang diskon 180.000 saja. Tiket bus lain di jual di harga 230.000. Oh ya ada satu ketentuan kalo tukang ojek atau taxi membawa orang ke terminal ambawang, akan mendapat fee dari loket bus.
Inilah Suasana Terminal Ambawang saat akan menunggu bis.
Saat pergi saya akan lewat perbatasan Entikong, sedangkan buat pulang rencananya akan lewat perbatasan Aruk, Sambas. Trip pulang inilah yang paling saya nantikan karena ingin melihat perbatasan yang katanya sudah dibangun dan resmikan 17 maret 2017.
Selama mengunjungi kawan kawan baik, saya berupaya mencari info transportasi dari kuching ke biawak lewat bertanya ataupun lewat internet. Sangat sedikit info yang bisa di dapatkan. Kebanyakan orang lokal sana tidak menggunakan transportasi umum. Jadi sulit juga menjelaskan. Di internet di situs citipubliclink memberikan info adanya bus dari kuching ke biawak dengan tarif 20rm. Benar atau tidaknya saya mesti tanya ke counter bus itu.
Tiba mau perjalanan balik saya berada di sri aman. Saya Berangkat dari sri aman ke kuching pukul 6. Pukul 7 bus lanang datang. pukul 10.45 bus tiba di kuching central.
Sebenarnya saya sudah booked hotel di borneoshare guest hostel 7km dr terminal bus, namun saya tidak jadi nginap di sana karena saya pikir nanti kalo kesiangan bangun saya tidak dapat mengejar bus ke biawak pagi. Akhir saya menginap di penginapan dekat kuching central dengan berjalan kako sekitar 2menit saja. Ada beberapa penginapan di sana, saya pilih Apai homestay. Saya membayar 40rm untuk harga satu bilik kecil dengan kipas angin dan pajak 10rm yang di kenakan untuk setiap turis yang menginap.
Inilah lokasi Apai homestay dekat kuching central bus.
Saya bangun hampir sekitar pukul 8 pagi. Setelah mandi saya bergegas ke kuching central untuk bertanya soal bus ke biawak. Sampai di counter citypubliclink ternyata tidak ada bus ke biawak atau pun lundu. Yang ada adalah Van ke Lundu dengan jadwal 7.45, 10.30, 1.30 dan 4.00.
Saya tanya lagi soal van dr lundu ke biawak petugas counter bilang nanti tanya sama drivernya. weh weh weh jadi dag dig dug deer dehhh...
pukul 10.45 van datang dan membawa kami ke lundu. Jalan menuju ke lundu sudah sangat bagus dengan pemandangan bukit yang di tutupi hutan lebat. Kami sekali menyebrangi sungai menggunakan ferry yang ketika kami datang sudah ada di sana. Kira kira 5-10 menit di ferry yang berjalan sangat lambat. Kami tiba di pasar lundu sekitar 12.15. Ongkos yang saya bayar 15 rm.
suasana perjalanan Kuching-Lundu
Tiba di pasar Lundu, saya tanya dengan driver Van tentang Van ke biawak. Dia bilang jarang sekali ada Van ke biawak. Mesti sewa satu kereta ke perbatasan. Katanya lagi hanya 30 menit ke sana dengan biaya yang biasanya diminta 50rm. Driver menyuruh saya tunggu di terminal tempat saya di turunkan.
Saya lihat ada counter yang buka dan coba bertanya soal Van ke biawak. Ternyata tidak ada. Gak berapa lama ada seorang bapak bertanya mau kemana saya pergi. Saya bilang mau ke biawak perbatasan. Diapun menawarkan jasa pengantaran ke biawak dengan harga 20rm seorang kalo ada 2 orang pergi. Tapi karena hanya satu orang jadi bayar sewa 40rm. Saya pikir Ok lah dari pada saya terlantar di Lundu gak tau mau apa hehehe. Sepakat dengan harga segitu sayapun naik.
Baru sebentar bejalan dia stop menaikkan penumpang, yakni seorang bapak yang merupakan warga negara Indonesia. Dari percakapan mereka sepertinya bapak itu tdnya mau naik mobil ini, namun gak sanggup bayar 40rm, makanya tidak jadi. Karena saya ada sebagai penumpang si drivernya mau menaikkan dia sebagai penumpang dan memperbolehkannya bayar 15rm.
Sepanjang perjalanan bapak warga Indonesia itu berkeluh kesah pada driver persoalan keberadaannya itu. Saya menguping pembicaraan mereka, kasihan juga nasib ini bapak pikirku dalam hati.
Bapak itu turun lebih dulu sebelum pintu perbatasan. Saya turun pas di pintu masuk kantor imigrasi biawak Malaysia. Saya seharusnya membayar 20rm, cuma kasihan juga SM driver itu Krn sudah tolong si BPK yang WNI. Sayapun membayar supir itu 30rm. Beliau meninggalkan no telp untuk saya, bila kapanpun mau lewat Aruk lagi.
Perbatasan sepi waktu saya lewat. Jadi agak bingung saya dimana counter ceknya. Namun, petugas memanggil saya untuk menunjukkan tempat copnya.
Suasana perbatasan Malaysia, Biawak
Selesai cop pasport di bagian Malaysia..Saya harus berjalan kaki mungkin sekitar 5-10 menit. Saya gunakan waktu berjalan sambil berfoto-foto dan mengambil video. Ada driver travel menawarkan jasa untuk menghantar ke Sambas dengan tarif 50rm (150.000). Karena saya sudah pesan travel dengan teman om jadi saya katakan tidak. Perjalanan menuju imigrasi Aruk menanjak, dr atas kita bisa lihat pemandangan hutan lebat di seklilingnya.
Dari kejauhan saya melihat gerbang perbatasan Aruk. Sayapun teriak gembira dengan senangnya karena akhirnya saya dapat sampai ke sini. Melihat sendiri kemegahan dan keindahan perbatasan Aruk milik Indonesia. Tak hentinya saya bersyukur karena Tuhan memberikan berkahnya bagi masyarakat Sambas pembangunan. Baru lihat gerbang dari jauh aja sudah senang apalagi mendekat hehehe.
Mendekati pintu gerbang banyak mobil mobil terparkir. Saya bingung, mobil siapa yak??? Ada satu mobil dengan wanita drivernya yang mengajak bicara mananyakan saya mau kemana. Di situ saya paham, ini travel travel yang akan membawa siapapun ke Sambas. Lagi lagi saya tolak tawaran travel itu. Ada juga ojek motor yang menawarkan jasa mengantar dr gate biawak ke Aruk. Tolak aja secara halus karena mang jalan kakipun senang saja.
Saya berfoto foto sepanjang perjalanan menuju counter copy imigrasi Aruk. Wowww..berdecak kagum dan bangga karena karya pembangunan yang telah di lakukan presiden sekarang dengan tag line membangun dari perbatasan.
Sayapun ketemu driver yg sudah di pesan. Kami banyak bercerita soal perbatasan ini dan rencana jangka panjang yang dia ketahui dan saya tahu juga dari berita. Yakni juga sebagai Border exportir/import Indonesia-serawak Malaysia. Ini suatu langkah yang besar dan akan berdampak ekonomi bagi masyarakat Sambas yang dulu terpinggirkan.
Sepanjang jalan dr Aruk ke Sambas saya bahagia melihat jalan aspal yang mulus, karena perbatasan di bangun. Itu juga yg di sampaikan driver travel mas adi dalam sharenya merasakan sendiri bagaimana akhirnya pembangunan menyentuh di sana.
Semoga rencana pembangunan perbatasan terus dilanjutkan. Itulah doa saya sebagai anak bangsa yang mencintai negri ini.
#iloveindonesia
#perbatasanindonesia-malaysia
#ayotrevelling
beginilah Suasana perbatasan Aruk, Sambas