Thursday, 24 August 2017

Kampung Uma Kulit, Serawak, Malaysia

Desember 2010 teman baikku yang berasal dari suku dayak kayan kaltim memintaku untuk menghadiri pernikahannya dengan warga negara malaysia yang tinggal di kampung uma kulit serawak. Sejujurnya saat itu saya punya 2 kendala. pertama passport saya yg di tahan org pjtki ilegal (lain kali akaj saya share kisahnya hahaha). Yang ke dua tentunya berkaitan dengan biaya keberangkatan. Sebenarnya ini bukan skdar permintaan tapi paksaan bahwa saya harus berangkat. ciloko sudah.

Dia bilang nanti sy akan berangkat dengan temannya dan temannya akan meminjamkan uang 600rb. Untuk perjalananku dari pontianak ke bintulu. Sedangkan untuk perjalananku dr jakarta ke pontianak ada kawan yang menawarkan meminjamkan uangnya tanpa saya memintanya..Dengan cara pembayaran dicicil dengan jasa acupresure saya ( tx for ur help  ). Perkara biaya keberangkatan sudah ada solusinya.

perkara ke 2 mengani passport saya.
Karena perkaranya menurut saya wktu itu rumit dan saya perlu mendesak, jadi singkat cerita kawan saya ricky melalui sodaranya yang membantu saya mengurusnya (Ini bukan contoh yang baik untuk di tiru, namun tetap sy bersyukur pd akhirnya  pasport baru ada di tangan saya)

Trip perjalanan ke serawak, malaysia merupakan trip ke 2 saya ke sna. Tahun 2007 melalui pak nurdin dan bersma rekan dari yayasan air kehidupan kami menerima undangan pelayanan gereja yang berada di sekitar kawasan tebedu (suatu kampung yang indah nan unik, sayang sy tidak punya foto foto kala di sna, maklum blm ada smartphone hahaha)

Ke serawak lewat pontianak merupakan perjalanan yang melelahkan karena lewat jalan darat. Rata rata keberangkatan bus dari pontianak pada malam hari antara pukul 7-9 malam. Tiba di perbatasan entikong sktar pukul 2/3 pagi. Kami menunggu pintu perbatasan di buka. seingat saya ramai sekali di sna dengan orang org yg akan masuk ke malaysia, dengan para pedagang mata uang, dengan calo calo pengisi borang (saat itu msh isi borang, skrng tidak lagi dan tidak seramai waktu itu terakhir saya ke sna awal desember 2016

Jam 5 pintu di buka, maka berbondong bondonglah org mengantri cop passport. bis kami akan menunggu di pintu keluar gerbang malaysia. Sktar pukul 7 malaysia bis mulai berjalan kembali menuju kuching. Dari kuching kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Bintulu (7 jam dr kuching). Tarif bus dr tahun itu sd terakhir ke sna tidak terlalu signifikan kenaikannanya.

Tiba di terminal bus bintulu, kawan saya menjemput kami berdua. Kami menginap di rumah keluarganya. Kesesokan harinya kami naik transportasi van ke kampung asap uma kulit kira kira 3 jam perjalanan.

Kampung yg sangat unik, khas dayak, yakni: rumah panjang. Di sana kami tinggal dengan pendeta jemaatnya pst matius berserta istrinya ibu florance katu dan 2 anak mereka. Bagitulah cara perkenalan saya dengan beliau.

Bapak  dan ibu pendeta di sana sangat baik menerima kami sebagai tamu. Kawan seperjalanan saya tidak akan bersma kami sbb dia di minta melayani di suatu searah perjalanan dengan kami ke asap. Ibu florens banyak memperkenalkan saya ke jemaat dan mempromosikan jasa saya. Diapun meminta saya beberapa kali untuk melayani di sna.

Setelah hari pernikahan sahabat saya tersebut saya di tinggal di tempat itu (yah mang gak mungkin juga ikut pengantin baru pergi heheh). Sebenarnya banyak kisah menyenangkan bahkan mengharukan saat saya berada di kampung itu khususnya mengenai pekerjaan saya sbg therapist. Mengingatnya membuat saya rindu pada orang orang di sna sebab lama sudah saya tidak berjumpa mereka.

karena visa ke sana hanya 30hari, maka syapun harus keluar dr malaysia 4 hari sebelumnya, mengingat waktu yg lama tiba di perbatasan. Terima kasih untuk bu florens yg menjadi marketing yg baik buat pekerjaan saya sehingga akhirnya saya bisa kembali ke jakarta pada masa itu dan juga membayar hutang saya hehehe

happy acupresure and travelling
to be continue next story

No comments:

Post a Comment